Empat alasan mengapa pria menikmati berhubungan seks dengan wanita yang berbeda
Daftar isi
Pada manusiaperilaku seksualFenomena yang sering dibahas dalam penelitian ini adalah bahwa pria cenderung mencari pasangan dan pengalaman seksual yang beragam. Hal ini bukan sekadar manifestasi naluri fisiologis, melainkan hasil interaksi kompleks antara faktor evolusi, psikologis, sosial, dan budaya.

Dasar biologis
Akar perilaku seksual manusia dapat ditelusuri kembali ke evolusi. Menurut...Teori DarwinDalam masyarakat tradisional, laki-laki, yang bertindak sebagai "penabur", mencari banyak pasangan perempuan untuk meningkatkan jumlah keturunan dan dengan demikian meningkatkan tingkat kelangsungan hidup gen. Dalam masyarakat primitif, sumber daya terbatas, dan laki-laki yang setia hanya pada satu perempuan mungkin kehilangan kesempatan reproduksi. Penelitian modern, seperti Prinsip Bateman, menunjukkan bahwa biaya reproduksi laki-laki rendah (hanya sperma yang terlibat), sehingga ada kecenderungan poligami.

Efek Coolidge adalah konsep kunci lainnya: hewan jantan mengalami gairah yang lebih besar terhadap pasangan baru daripada pasangan lama, yang termanifestasi pada manusia sebagai hasrat jantan akan tubuh betina yang "segar". Misalnya, eksperimen menunjukkan bahwa gairah pria menurun saat melihat foto perempuan yang sama, tetapi pulih saat dilihat dari perempuan yang berbeda. Hal ini menjelaskan mengapa pria senang "bermain dengan tubuh perempuan yang berbeda"—keberagaman merangsang pelepasan dopamin di otak, yang membawa kenikmatan.

Dari perspektif evolusi Darwin, keinginan jantan untuk memiliki beragam pasangan seksual dapat ditelusuri kembali ke strategi reproduksi yang dibentuk oleh lingkungan bertahan hidup purba. Mamalia jantan umumnya menunjukkan "kecenderungan poligini", sebuah karakteristik yang masih terlihat jelas pada manusia jantan.
Teori perbedaan dalam investasi reproduksiHal ini menjelaskan logika evolusi di balik fenomena ini. Perbedaan signifikan dalam investasi reproduksi antar jenis kelamin—perempuan memiliki sel telur yang langka dan biaya kehamilan yang tinggi, sementara laki-laki memiliki sperma yang melimpah dan investasi reproduksi yang relatif rendah—telah menyebabkan evolusi strategi perkawinan yang berbeda (Trivers, 1972). Laki-laki memaksimalkan keberhasilan reproduksi dengan meningkatkan peluang perkawinan, sementara perempuan cenderung memilih pasangan yang dapat menyediakan gen dan sumber daya yang unggul.

Tabel Perbandingan Strategi Reproduksi Seksual
| Dimensi | Strategi pria | Strategi Wanita |
|---|---|---|
| Investasi reproduksi | Sejumlah kecil (sperma) | Sejumlah besar (telur, kehamilan, menyusui) |
| Nomor Mitra Ideal | Lagi | lebih sedikit |
| Preferensi pemilihan pasangan | Muda dan subur | Sumber Daya, Status, dan Kemampuan Perlindungan |
| Waktu kawin | Oportunisme | Pilihlah dengan hati-hati |
Penelitian neurosains telah menemukan bahwa otak pria merespons rangsangan visual lebih kuat daripada otak wanita. Pemindaian fMRI menunjukkan bahwa ketika melihat beragam gambar rangsangan seksual, sistem penghargaan otak pria (terutama nukleus akumbens dan hipotalamus) jauh lebih aktif daripada otak wanita. Perbedaan mekanisme saraf ini memberikan dasar fisiologis bagi pria dalam mengejar pengalaman seksual baru.
Korelasi yang signifikan juga terdapat antara kadar testosteron dan perilaku pencarian keragaman seksual. Studi longitudinal menunjukkan bahwa pria dengan kadar testosteron yang lebih tinggi lebih cenderung mengejar strategi seksual jangka pendek, termasuk memiliki banyak pasangan seksual. Hormon ini tidak hanya memengaruhi dorongan seksual tetapi juga berkaitan dengan perilaku kompetitif dan mencari risiko, yang selanjutnya mendorong eksplorasi keragaman.

Tabel Evolusi Historis Pola Hubungan Seksual
| Periode waktu | struktur sosial | Sistem/ideologi arus utama | Fenomena dan karakteristik |
|---|---|---|---|
| Periode prasejarah (10.000 SM) | Masyarakat suku | Poligami dan pernikahan campuran adalah hal yang umum. | Pemburu yang kuat dan terampil cenderung memiliki lebih banyak pasangan, dan hubungan ini terstruktur lebih longgar, dengan kelangsungan hidup suku sebagai fokus utama. |
| Peradaban kuno (3000-500 SM) | masyarakat pertanian | Pelembagaan poligami | Kelas yang berkuasa dan kaya (raja, bangsawan, dan pemilik tanah) umumnya memiliki banyak pasangan melalui praktik mengambil selir, dan wanita menjadi bagian dari properti mereka. |
| Abad Pertengahan (500-1500 tahun) | masyarakat keagamaan | Monogami Kristen | Meski secara lahiriah menekankan monogami yang ketat, standar ganda tetap berlaku: praktik simpanan di kalangan bangsawan tersebar luas dan semi-publik. |
| Zaman modern (1500-1900) | Kapitalisme Awal | Monogami yang dangkal | Masyarakat sipil menjunjung tinggi kesucian pernikahan, tetapi legalisasi dan kemakmuran rumah bordil memberi kaum pria akses seksual tambahan yang dilembagakan. |
| modern (1900-2000) | Masyarakat Konsumen | Gerakan pembebasan seksual | Dengan meluasnya penggunaan pil KB, bangkitnya feminisme, meningkatnya perilaku seksual di luar nikah, dan meningkatnya penerimaan terhadap hubungan seksual yang beragam. |
| kontemporer (2000 hingga sekarang) | Masyarakat Digital | Kencan online menjadi hal yang biasa | Aplikasi kencan dan media sosial telah menurunkan hambatan untuk bertemu pasangan baru, yang menyebabkan munculnya berbagai bentuk hubungan, seperti hubungan terbuka. |
Tabel ini menggambarkan secara visual bagaimana struktur sosial dan lembaga arus utama telah membentuk pola utama yang dengannya pria memperoleh beragam pengalaman seksual pada berbagai tahap sejarah.

Hormon dan faktor fisiologis
Testosteron merupakan pendorong utama libido pria. Studi menunjukkan bahwa pria dengan kadar testosteron tinggi lebih cenderung memiliki banyak pasangan. Penelitian seks di Kanada menunjukkan bahwa libido pria lebih stabil dan tahan lama dibandingkan libido wanita, yang berkaitan dengan hormon. Lebih lanjut, sistem limbik otak sensitif terhadap pengalaman baru, sehingga pria merasakan ketertarikan yang kuat pada lekuk tubuh, sentuhan, dan aroma tubuh wanita yang berbeda.
Keragaman fisiologis juga penting: tipe tubuh, tekstur kulit, dan respons yang berbeda pada perempuan memberikan stimulasi sensorik. Psikolog menganalisis bahwa hal ini memuaskan "hasrat untuk menaklukkan" pria. Misalnya, sosok bertubuh berisi versus ramping membangkitkan fantasi yang berbeda.

Mekanisme Psikologis – Mencari Kebaruan dan Kepuasan
Preferensi psikologi manusia terhadap rangsangan baru merupakan kekuatan pendorong penting di balik beragam pengalaman."Efek Coolidge"(Efek CoolidgeFenomena ini dijelaskan dalam sebuah studi terhadap sebagian besar mamalia: pejantan menunjukkan minat seksual yang baru terhadap betina yang baru diperkenalkan, meskipun sebelumnya mereka telah merasa puas secara seksual. Mekanisme biopsikologis ini juga terdapat pada manusia jantan dan diperkuat melalui berbagai saluran dalam masyarakat modern.

Psikolog telah menemukan korelasi yang signifikan antara gairah seksual dan kebaruan. Sebuah survei terhadap 500 pria menunjukkan bahwa 85% responden mengakui bahwa "kebaruan" merupakan motivasi utama untuk mencari pasangan seksual baru. Pencarian kebaruan ini dapat dilihat dari..."Utilitas marjinal yang semakin berkurang" Prinsipnya adalah bahwa gairah yang ditimbulkan oleh aktivitas seksual berulang dengan pasangan yang sama secara bertahap berkurang seiring waktu, sementara pasangan baru dapat memberikan imbalan saraf yang lebih kuat.

Dalam psikologi kognitif"Siklus dopamin" Mekanisme ini menjelaskan lebih lanjut fenomena ini. Dopamin, sebagai "neurotransmiter antisipasi", disekresikan paling aktif selama antisipasi pengalaman seksual baru, alih-alih ketika pengalaman tersebut benar-benar didapatkan. Hal ini menjadikan proses "pengejaran" itu sendiri sebagai pengalaman penghargaan yang diperkuat, menciptakan siklus pencarian stimulus baru yang berkelanjutan.
"Kesenjangan hasrat seksual" dalam hubungan intim juga berkontribusi pada beragamnya perilaku pencarian. Hasrat seksual dalam hubungan jangka panjang seringkali menurun secara asimetris, biasanya lebih lambat pada pria dibandingkan pada wanita. Kesenjangan ini dapat menyebabkan beberapa pria mencari kepuasan seksual di luar hubungan, terutama di lingkungan dengan batasan sosial yang lebih longgar.

Pengaruh sosial dan budaya
Pencarian pria akan beragam pengalaman seksual bukan hanya naluri biologis, tetapi juga produk konstruksi sosial-budaya. Dalam berbagai periode sejarah dan konteks budaya, perilaku ini telah dianugerahkan makna dan nilai yang sangat berbeda.
Dalam banyak masyarakat tradisional, memiliki banyak pasangan seksual merupakan simbol kekuasaan dan status laki-laki. Kaisar dan jenderal kuno menunjukkan kekuasaan mereka melalui harem yang luas, dan akumulasi "sumber daya seksual" ini sama pentingnya dengan akumulasi kekayaan materi (Foucault, 2021). Bahkan dalam masyarakat modern, sisa-sisa simbolisme ini masih terlihat—pria sukses dengan banyak pasangan perempuan sering dianggap dalam beberapa subkultur sebagai bukti "maskulinitas".

Evolusi Makna Sosial Poligami Laki-laki dalam Berbagai Periode Sejarah
| era | Bentuk utama | Signifikansi sosial | Penerimaan |
|---|---|---|---|
| Dinasti Kuno | Poligami | Simbol kekuasaan dan status | Penerimaan yang dilembagakan |
| era Victoria | Nyonya Rahasia | Manifestasi hak istimewa kelas | Penerimaan semi-publik |
| Modern Awal | perselingkuhan | bukti kejantanan | Toleransi terbatas |
| Periode postmodern | Beberapa hubungan | Praktik kebebasan individu | Penerimaan yang kontroversial |
Penggambaran media tentang norma-norma seksual laki-laki tidak dapat diabaikan. Dalam film dan televisi arus utama serta budaya populer, citra "penindas wanita" seringkali diromantisasi, memperkuat asosiasi simbolis antara poligami, pesona, dan kesuksesan. Narasi budaya ini secara halus memengaruhi ekspektasi dan norma laki-laki terkait perilaku seksual mereka sendiri.
Pada saat yang sama, kita harus memperhatikan bagaimana mekanisme disiplin sosial berupaya membatasi perilaku tersebut. Doktrin agama, sistem hukum, dan wacana moral bersama-sama membentuk struktur sosial yang membatasi upaya mencapai keberagaman. Berbagai masyarakat menunjukkan perbedaan signifikan dalam toleransi terhadap poligami laki-laki, yang mencerminkan keberagaman nilai-nilai budaya.

Masyarakat modern telah memperkuat kecenderungan ini. Media seperti film dan pornografi sering menggambarkan pria yang berinteraksi dengan banyak wanita sebagai "simbol kesuksesan." Dalam budaya Tiongkok, "fenomena Cornie" menggambarkan kerentanan pria untuk tergoda oleh wanita yang menarik secara seksual dan dengan demikian melakukan perzinahan. Lebih lanjut,Beberapa mitraPenelitian menunjukkan bahwa pria memperoleh keberagaman emosional darinya.
Namun, hal ini juga menimbulkan risiko, seperti kekosongan emosional. Studi menunjukkan bahwa mengejar keberagaman dapat meningkatkan kepercayaan diri, tetapi pengejaran yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan.

Tabel referensi frekuensi aktivitas seksual untuk pria dari berbagai usia
| kelompok usia | frekuensi hubungan seksual | Fitur utama dan pentingnya |
|---|---|---|
| 20 | sehari-hari | Puncak Muda, Menjelajahi KeberagamanKebugaran fisik dan kadar hormon berada pada puncaknya, dengan kecenderungan untuk mengeksplorasi dan mendiversifikasi. Selama tahap ini, pria mengalami puncak libido dan hasrat kuat untuk keberagaman. Dari perspektif evolusi, ini merupakan puncak reproduksi. Studi menunjukkan peningkatan hasrat pria muda untuk memiliki lebih dari satu pasangan. Metode yang disukai cenderung cepat dan berisiko, seperti one-night stand. |
| 30 | Setiap 2 hari | Menyeimbangkan pekerjaan dan keinginanKadar hormon stabil, dan pria menggunakan beragam teknik seksual. Studi menunjukkan bahwa tingkat perselingkuhan tinggi selama fase ini, dengan pria mencari wanita lain untuk melepaskan diri dari rutinitas mereka. |
| 40 | Setiap 3-4 hari | Kualitas melebihi kuantitasMereka lebih menekankan keintiman dan kualitas, alih-alih sekadar frekuensi. Fokus hidup mereka beralih ke karier dan keluarga, yang mengharuskan mereka menemukan keseimbangan antara tekanan dan kebutuhan. |
| 50+ | mingguan 2-3 kali | Libido menurunNamun, keberagaman tetap penting. Pria yang lebih tua tidak terlalu pilih-pilih tentang pasangan yang lebih muda, dan kurang memperhatikan penampilan. Frekuensinya berkurang menjadi kurang dari sekali seminggu, dengan penekanan pada teknik keintiman. Manfaatnya termasuk kesehatan kardiovaskular. |

Jumlah rata-rata pasangan seksual pria di berbagai kelompok usia (berdasarkan penelitian global)
| Kelompok usia | Jumlah rata-rata pasangan seksual | Rasio pengejaran keragaman (%) |
|---|---|---|
| 18-29 tahun | 7.5 | 75 |
| 30-39 tahun | 10.2 | 65 |
| 40-49 tahun | 12.1 | 55 |
| 50 tahun ke atas | 8.9 | 40 |

Metode dan pola bermain dengan tubuh wanita yang berbeda
| jenis | fitur | Apakah teman wanitanya tahu? | Investasi emosional |
|---|---|---|---|
| perselingkuhan | Rahasia, Penipuan | TIDAK | Variabel (biasanya rendah) |
| Hubungan Terbuka | Transparansi dan konsultasi | Ya | Variabel (biasanya sedang) |
| Beberapa kemitraan | Hubungan komitmen ganda | Ya | Tinggi (ke beberapa mitra) |
| Panggil Ayam | Komersialisasi, berumur pendek | tidak berlaku | Rendah |
sebagai kesimpulan
Kesimpulannya, kenikmatan pria terhadap tubuh wanita yang berbeda berasal dari faktor evolusi, hormonal, dan sosial; metode yang berbeda membawa manfaat fisiologis dan psikologis.
Periode waktu tersebut menunjukkan bahwa pengejaran keberagaman sangat kuat di kalangan anak muda, sementara orang paruh baya dan lansia mengalihkan fokus mereka pada kualitas hidup. Data grafik memperkuat pentingnya hal ini: keberagaman meningkatkan kualitas hidup, tetapi membutuhkan praktik yang bertanggung jawab.
Bacaan Lebih Lanjut: